Selasa, 03 Mei 2016

Cuap-Cuap Bawakaraeng



Euphoria muncak masih bersisa. Perjalanan terlama, tanah tertinggi. Untuk sementara
Well, mulai perkenalan dulu yak. Foto pertama: yang paling kiri Dion (ekonomi UNM 2011), baju merah Dilla (sastra Indonesia UNM 2011), tengah Mun (Keperawatan Unhas 2010), sebelahnya, Ulfa (Keperawatan Unhas 2010), paling kanan Irwan (Teknik pertambangan Uvri 2012). Eitss.. yang ambil gambar Ca’lu (Keperawatan Yapma 2012), paling kanan foto kedua.



Penting ga penting sih perkenalan, tapi orang-orang di atas saling kenal justru saat akan muncak. Misal, Mun cuman kenal Ulfa. Ulfa kenal Mun sama Dilla. Dilla kenal Ulfa sama Dion. Dion kenal Dilla, Ca’lu sama Irwan. Ca’lu kenal Dion sama Irwan. Irwan kenal Ca’lu sama Dion. Kusut ya. Hahaha..!!!
Gn. Bawakaraeng berlokasi di Malino, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Bayangkan puncak Bogor atau Kota Batu Jawa Timur. Mirip itu lah Malino. Dinginnya, komoditi utamanya, bunga-bunganya, kebun teh, hutan pinus, kebun strawberry, dan kehidupan masyarakatnya. Jika pada malam hari, sudah seperti bukit bintang Jogja. Lautan lampu kota Makassar tampak jelas. Sayangnya, Makassar-Malino makan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Itupun kalo cowok yang bawa motor.
Selasa malam kami tiba di Malino, bermalam di rumah warga. Dinginnya emejing. Sleeping bag macam tak ngaruh. Soundtrack wajah-wajah kekasih nya Siti Nurhaliza mulai diputar berulang-ulang. Awal mula lagu kebangsaan pendakian.
Besok paginya pendakian dimuali. Start sekitar pkl 9 pagi dari rumah Daeng Tata. Menuju pos 1 track agak melandai, melewati perkebunan wortel, hutan pinus. Menuju pos 2 melandai nanjak. Menuju pos 3 lumayan nanjak dan tiba di sungai. Waktunya nge jus. Kalah jus kedai pinggir jalan atau jus di cafe dibanding jas jus campur air gunung. Hahaha..!!
Lanjut pos 4 dan pos 5 melandai, nanjak, melandai lagi, nanjak lagi. Belum ekstrim. Belum Nampak wajah nenek moyang. Teringat pesan salah satu teman yang pernah muncak di Gn. Bawkaraeng “hati-hati ko di pos 7,8 dan 9. Ambil napas baik-baik ko memang. Karna mu lihat nanti nenek moyang mu di sana, saking ekstrimnya track nya”
Tiba di pos 5 tengah hari. Mana sumber air? Kita ngejus lagi gaess . Perundingan singkat dimulai, mau ngecamp atau lanjut. Pos  dan seterusnya adalah pendakian tiada henti. Lebih-lebih ke pos 7,8,9. Tak ada tanah selapang pos 5. Langit mulai gelap. Kabut mulai naik. Alamat hujan turun. Deal, lanjut.
Nanjak, nanjak ke pos 6, mulai ekstrim menuju pos 7. Gula merah, mana gula merah ta. Senandung wajah-wajah kekasih berulang sedari rumah Daeng Tata. Lama-lama dihafal mati ini lagu. Belum lima menit rehat di pos 7, hujan mulai mengguyur hebat. Tak ada pilihan lain kecuali nge camp. Maafkan kami yang amatiran.
Keesokan paginya saat matahari mulai hangat, menuju pos 8. Dimulai dengan turunan ekstrim. Apa kabar pulangnya nanti dengan turunan seektrim in. Tiba di sungai, ngejus lagi. Lanjut menanjak, merayap, mendaki. Tiba pos 8, oke nenek moyang belum terlihat. Berlanjut ke pos 9, tak ada nenek moyang tampak. Hahaha. “kassa na jalan ini cewek-cewek, mau sekalimi sampai puncak. Tidak lariji puncak, kalo capek istrahat saja”. Efek jogging 3 kali sebelum nanjak lumayan juga.
Dan jreng…jrengg.. pos 10 lewat tengah hari. Sebentar meluruskan kaki dan meregangkan otot, eh tenda sudah ready. Dua hari dua malam di pos 10, lima menit dari tranggulasi. Tak disangka justru banyak saudara jauh adalah tetangga tenda. Alangkah sempitnya dunia. Jadi, jika saudara jauh sulit ditemukan, mendakilah. Haha..!!
Setelah berpuas diri di puncak, sabtu pagi saat hangat-hangatnya matahari kami turun. Kali ini soundrack yang rajin play adalah kesempurnaan cinta nya rizki febian. Ada apa gerangan dengan rombongan ini. Teringat kembali perihal nenek moyang, hampir nampak saat pendakian pulang menuju pos 7. Haha..!! tiba di rumah Daeng Tata sorean. Langsung preapare balik Makassar.
Pencapaian terbesar muncak kali ini day pack tidak pernah berpindah punggung. Senangnya untuk tidak terlalu merepotkan. Karena kami tau carrier nya sangat berat, apalagi yang ukurannya macam kulkas dua pintu. Haha..!! Meski masih selalu dimasakkan. Sempat-sempatnya mereka goreng kue, goreng bakwan. Senangnya berpartner dengan kalian .
“Dariki bawakaraeng beberapa hari yang lalu toh?”
“Iye. kemarin
“Yakinki mauki lagi naik sama kami?”
“Nda apa-apaji, masa kami mau halangi orang yang mau lihat indahnya alam. Justru kalo ada, selama kami bisa bantu, kami akan bantu.”
“Jadi seringki naik gunung? Kenapa?”
“Maumi diapa, ka hobi. Banyak ji orang bertanya, apa ta cari naik gunung. Bilangka, cari capek. Karena mau dijelaskan bagaimana pun mereka yang tidak suka tidak akan mengerti. Makannya respect ka sama yang mau mendaki”
“Hahaha..!!!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar