Beberapa jam saya harus melupakan
dinas, askep, laporan, respon sana sini, menulis tangan, dan semuanya tuntutan
mahasiswa profesi. Iya, lupakan beberapa jam saja. Melupakan kegalauan profesi,
stressor penurun berat badan, stressor pembuat muka berjerawat, dinas malam
yang mencekam, dinas pagi yang sibuk.
Seperti
jatuh cinta lagi.
Seluruh badan sedikit tremor, mata
berkedih tak berirma, keringat terasa menyucur meski ruangan berac, saya hanya
mampu meremas tangan yang berkeringat terus-menerus, nafas tak karuan, detak
jantung apalagi. Apakah masih terasa, terabaikan. Saya seperti kehabisan
kata-kata, suara hanya sampai pada tenggorokan.
Speechless,, hey saya harus bilang apa..!! beberapa kali saya hanya
mampu menganga, sesekali menutup seluruh wajah dengan kedua telapak. Ya tuhan,
langkah gagahnya menuju panggung. Saya mematung.
Dzawin hanya pemuda biasa yang
kebetulan hanya menjadi finalis stand up comedy. Bisa dibilag artis lah. Hey,
saya sudah ratusan kali melihatnya tampil di panggung stand up di tivi, dan you
tube. Mengidolaknnya seperti layaknya idola biasa. Hanya itu. Tapi, semua
dirasa berubah saat melihat langsung dengan kasat mata. Tubuh semampai tak
terlalu tinggi, tak terlalu berisi, tak sekunyel di tivi, dengan rambut yang
lebih panjang terkahir saya lihat di tivi, plus poni. Haha, iya, dia berponi. Di
sela-sela ber stand up ia mengibas poninya beberapa kali. Dan kaca mata. Saya meleleh.
Materi stand up yang sudah akrab
saya dengar di telinga. Ah, dzawin hanya menambah beberapa materi saja. Tapi,
saya tak menikmati materinya. Menikmati setiap langkahnya, gerak tangannya,
kibasan poninya, dan selipan tawanya. Dan, satu lagi lantunan beberapa ayat Al.Quran
disela materi dengan suara yang asli menyejukan hati. Begini lah komik yang
lulusan pesantren. Dzawin suka wanita berkerudung. Hey dzawin.. saya
berkerudung. Hahahaa..
I
am dzawinranger. Terimakasih telah datang ke Makassar. Terima kasih telah
membuat saya lupa dengan status mahaiswa profesi. Terimakasih telah membat saya
terpingkal malam ini. Terimakasih telah mau saya rangkul untuk berfoto bersama.
Terimakasih telah membuat saya jatuh cinta lagi yang entah kapan terakhir kali
saya merasa seperti itu.