Jumat, 31 Oktober 2014

Seperti Jatuh Cinta Lagi

            Beberapa jam saya harus melupakan dinas, askep, laporan, respon sana sini, menulis tangan, dan semuanya tuntutan mahasiswa profesi. Iya, lupakan beberapa jam saja. Melupakan kegalauan profesi, stressor penurun berat badan, stressor pembuat muka berjerawat, dinas malam yang mencekam, dinas pagi yang sibuk.
Seperti jatuh cinta lagi.
            Seluruh badan sedikit tremor, mata berkedih tak berirma, keringat terasa menyucur meski ruangan berac, saya hanya mampu meremas tangan yang berkeringat terus-menerus, nafas tak karuan, detak jantung apalagi. Apakah masih terasa, terabaikan. Saya seperti kehabisan kata-kata, suara hanya sampai pada tenggorokan.  Speechless,, hey saya harus bilang apa..!! beberapa kali saya hanya mampu menganga, sesekali menutup seluruh wajah dengan kedua telapak. Ya tuhan, langkah gagahnya menuju panggung. Saya mematung.
            Dzawin hanya pemuda biasa yang kebetulan hanya menjadi finalis stand up comedy. Bisa dibilag artis lah. Hey, saya sudah ratusan kali melihatnya tampil di panggung stand up di tivi, dan you tube. Mengidolaknnya seperti layaknya idola biasa. Hanya itu. Tapi, semua dirasa berubah saat melihat langsung dengan kasat mata. Tubuh semampai tak terlalu tinggi, tak terlalu berisi, tak sekunyel di tivi, dengan rambut yang lebih panjang terkahir saya lihat di tivi, plus poni. Haha, iya, dia berponi. Di sela-sela ber stand up ia mengibas poninya beberapa kali. Dan kaca mata. Saya meleleh.
            Materi stand up yang sudah akrab saya dengar di telinga. Ah, dzawin hanya menambah beberapa materi saja. Tapi, saya tak menikmati materinya. Menikmati setiap langkahnya, gerak tangannya, kibasan poninya, dan selipan tawanya. Dan, satu lagi lantunan beberapa ayat Al.Quran disela materi dengan suara yang asli menyejukan hati. Begini lah komik yang lulusan pesantren. Dzawin suka wanita berkerudung. Hey dzawin.. saya berkerudung. Hahahaa..
            I am dzawinranger. Terimakasih telah datang ke Makassar. Terima kasih telah membuat saya lupa dengan status mahaiswa profesi. Terimakasih telah membat saya terpingkal malam ini. Terimakasih telah mau saya rangkul untuk berfoto bersama. Terimakasih telah membuat saya jatuh cinta lagi yang entah kapan terakhir kali saya merasa seperti itu.