Senin, 12 Januari 2015

Tinggal Kenangan

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Assalamu’alaikum 2015. Selamat datang bersama alam semesta. Membawa kabar hujan kepada bumi. Sebegitu rindu kah?

Januari
Selayaknya Januari tahun lalu, hujan semerta-merta menumpahkan pesan yang tertgantung berbulan-bulan di rongga langit. Januari Februari 2013 memberi jeda untuk anak gadis ini berpulang ke rumah kecil di untuk menikmati semangkuk sayur bening andalan ibunda. Melupakan jilidan skripsi bertumpuk di rak buku. Bu, Pak, anak mu kini sarjana.

Februari
Menikmati ikan bakar di pantai berpasir putih dengan hiasan jerawat di pipi. Hey, sebutlah ini piknik. Boleh jadi saya harus menghirup oksigen dengan bau karang sepuas mungkin. Beberapa waktu kedepan saya akan melupakan tentang pantai, puncak gungung yang sejuk dan segala alam yang memukau.

Maret
Selamat datang di Kota Daeng wahai Bapak, wahai Ibu. Pulau Sulawesi indah, bukan? Duduklah yang manis di bangku undangan. Lihatlah anak gadismu yang berlenggok kaku berusaha anggun dengan high heels, kebaya, dan toga mengucapkan janji profesi dihadapan pepara guru besarnya. Satu kalimat bapak yang untuk pertama kalinya ia ucapkan “anak bapak sungguh cantik memakai toga”. Bapak tak pernah mengucapkan kata “cantik” pada anak gadisnya sebelumnya. Ah bapak, saya tersipu dan terharu.

April-Mei
Selamat datang dunia profesi. Terimakasih telah me”lebel”kan kami sebagai mahasiswa profesi. Siklus belajar yang jauh berbeda dari perkuliahan pada umumnya. Kami masih mahasiswa di kampus yang sama. Sayangnya kalender akademik tidak berlaku untuk kami. Apa itu tanggal merah, apa itu weekend. Kami dipaksa untuk “lupa”. Keperawatan dasar membuka stase profesi ini. Menjadi mahasiswa yang sangat sayang dengan seragam putih barunya. Kena goresan pulpen sedikit saja langsung dicuci. Ngekor perawat ruangan hanya untuk memperhatiakn injeksi, perawatan luka, pasang infus, pasang kateter uriene dan setumpuk pekerjaan perawat lainnya. Temanya “observasi”.

Juni-Juli
Keperawatan medical bedah. Kami mulai berperang. Terpaan fisik dan mental mau tak mau harus dihadapi. Kami terlanjur basah dengan jurusan ini. Ya, karena pada awalnya kebanyakan kami yang tergelincir pada jurusan ini. Jadwal dinas tak menentu, laporan seabrek, ujian sana, ujian sini. Akh, tumbang sudah beberapa diantara kami. Saya mulai memaksakan lidah dan tenggorokan akrab dengan susu murni. Demi apapun, saya benci susu putih. Dan ramadhan tiba. Buka puasa kadang dengan menu seadanya di kamar perawat masih dengan keluhan keluarga pasien. Cairan infus yang habis, infus macet. Lalu tanpa tidur, bersahur ria di kantin rumah sakit. Ramdahan yang menguatkan hati. Insha Allah. Maaf, ramadhan kali ini 10 juz pun saya tak sanggup. Taraweh dan witir seadanya. Dengan puasa tanpa bolong. Ijinkan saya membayarnya pada ramadhan tahun depan.

Agustus
Keperawatan jiwa komunitas. Ucapakan selamat tinggal bangsal rumah sakit. Sementara waktu berlalang buana ke rumah-rumah warga. Bercurhat ria. Dengan pertanyaan klise, apa kabar hari ini?
Selingan di agustus ini, jreng..jreng. Dodit, Uus, Abdur main ke Makassar. Tau dong siapa mereka. Yang tak suka stand up comedy tak usah hiaruakan mereka.

September- Oktober
Stase maternitas. Berdinas di salah satu rumah sakit militer di kota ini. Oh tuhan, saya tak sanggup dengan kehidupan militer. Satu minggu cukup membuat bulir keringat ini mengalir tak karuan, waktu istrahat yang minim hingga saya harus terkantuk di motor. Pergulatan emosi kami di uji. Entah, setiap pendidik punya cara tersendiri mendidik muridnya. Dan saya cukup terdidik untuk menahat air mata hampir setiap ketika berbicara via telepon dengan orag tua. Bendera putih sudah di tangan, hanya siap saya kibarkan. Lalu mereka menguatkan, “toh pelaut yang ulung tidak lahir dari laut yang tenang.” Bismillah, Allah bersama kita.
Dan lagi, jreng..jreng. abang Dzawin show di Makassar. Masih tidak tau juga siapa dia? Ah sudah, cukup saya sudah pernah merangkul tangannya.

November
Selamat datang bulan kelahiran. Selamat menikmati stase keperawatan anak. Akh, saya paling terganggu dengan anak yang nakal. Oke, mari melawan rasa annoying itu. Sungguh pelajaran yang berharga. Dengan umur yang belia, tuhan telah menyayangi mereka dengan cara yang special. Bukan hanya infus yang harus dipasang berkali-kali, antibiotic yang perih harus diinjeksi setiap hari. Cukuplah itu membuat mereka rewel. Dan kemudian mereka harus menjalani kemoterapi. Saya hanya paham pasien leukemia itu di film. Dan kini saya yang merawat mereka. Tuhan, apakan ini tidak terlalu berat untuk mereka yang mungil?
Tidak jauh berebeda dengan bayi-bayi yang terlahir dengan tidak sempurna. Dirawat dengan hati-hati di incubator. Mereka pun dipasangi infus berkali-kali, dipasangi OGT agar bisa makan, ada oksigen, CPAP. Dengan begitu, kenapa masih lupa kita untuk bersyukur? Betapa sehat itu mahal.

Desember
Yeaaa.. akhir tahun. Hujan..hujan, dan hujan. Selamat bergabung di keperawatan gawat darurat. Kita “bermain” nyawa di sini. Mengakrabkan hidung denga bau amis darah yang kebawa hingga di kosan. Melihat satu sua nyawa di tagih baik perlahan maupun tiba-tiba oleh-Nya sudah biasa. Setidaknya keraguan saya memasang infus berkurang disini.
Dan saya mulai menghitung mundur sedari 1 January. Menanti Desember untuk kembali menguji ingatan .
                              


Makassar, 12 January 2015