If our love was a fairy tale
I would charge in and rescue you
On a yacht baby we would sail
To an island where we’d say I do
And if we had babies
They would look like you
It’d be so beautiful if that came true
You don’t even know how very special you are
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Chorus
You leave me breathless
You’re everything good in my life
You leave me breathless
I still can’t believe that you’re mine
You just walked out of one of my dreams
So beautiful you’re leaving me
Breathless
And if our love was a story book
We would meet on the very first page
The last chapter would be about
How I’m thankful for the life we’ve made
And if we had babies
They would have your eyes
I would fall deeper watching you give life
You don’t even know
How very special you are
Chorus
You must have been sent
From heaven to earth to change me
You’re like an angel
The thing that I feel is stronger than love
Believe me
You’re something special
I only hope that I’ll one day
Deserve what you’ve given
But all I can do is try
Every day of my life
Chorus x 2
Breathless
Jumat, 31 Mei 2013
Senin, 27 Mei 2013
HomeSick
Saat
ini ku hanya ingin pulang. Kembali ke rumah. Menginjak kembali jejek pertama
yang kuciptakan.
Saat
ini ku hanya ingin pulang. Kembali ke rumah. Istana terindah yang ku miliki.
Saat
ini ku hanya ingin pulang. Kembali ke rumah. Mencari bahu-bahu yang ikhlas
menerima ku untuk bersandar kepadanya.
Saat
ini ku hanya pulang. Kembali ke rumah. Menangis keras dalam pelukan hangat mu
hingga air mata ku tak tersisa walau setetes.
Saat
ini ku hanya ingin pulang. Kembali ke rumah. Menatap riang manusia-mansuia mungil
yang berkejaran di tanah lapang.
Saat
ini ku hanya ingin pulang. Kembali ke rumah mengisahkan dongeng yang yang ku
lakoni di sudut bumi terjauh.
Saat
ini ku hanya ingin pulang. Kembali ke rumah. Mencari pemilik rindu yang katanya
bertahan karena ku.
Saat
ini ku hanya ingin pulang. Kembali ke rumah. Menatap dalam jiwa-jiwa yang
menyelipkan nama ku dalam do’a-do’a mereka.
Saat
ini ku hanya ingin pulang. Kembali ke rumah. Membasuh peluhmu selagi ku bisa,
mencium tangan kokohmu, memeluk erat hangat tubuh kekarmu.
Saat
ini ku hanya ingin pulang. Kembali ke rumah. Mencium lebut kening mu yang mulai
berkerut, telelap mati ku dalam pelukan mu.
Saat
ini ku hanya ingin pulang. Kembali ke rumah. Mengenal mu lebih dalam.
Bercengkrama dengan mu lebih lama. Tertawa bersama mu dalam kesunyian alam.
Berlari bersama mengejar angin. Menciptakan lukisan di atas awan.
Saat
ini ku hanya ingin pulang. Kembali ke rumah. Bertemu cinta yang masih malu
memamerkan wujudnya.
Saat
ini ku hanya ingin pulang. Kembali ke rumah. Karena aku begitu merindu
Rabu, 22 Mei 2013
Malam (back)
Malam
kembali. Setelah berdamai dengan mega. Bersama sejuta pesona keperawanannya.
Mengalahkan pelangi senja tadi. Menjanjikan purnama terindah sepanjang masa.
Malam
kembali. Setelah menang beradu melawan langit biru. Memutar dimensi untuk
berpihak pada gelap yang anggun. Memegahkan semesta raya dalam senyap.
Malam
kembali. Dengan kerlip-kerlip janji yang menggantung dalam kuasanya. Tak akan
tercipta badai yang berarti. Tak akan runtuh langit meski tanpa purnama. Jika
pun bumi harus basah dalam gelap, pasti hanya gerimis lembut.
Malam
kembali. Memudarkan perhelatan fatamorgana siang tadi. Menghapus semua memori
yang terbawa semilir angin laut. Mendekap alam untuk menciptakan embun pagi
buta.
Malam
kembali. Menjadi obyek lukisan kehidupan sang pemimpi. Penghias dinding polos
rumah impian kelak.
Sekali
lagi, malam kembali. Tak apa sejenak hilang. Satu hal yang ingin ku tahu. Malam
akan selalu kembali.
Jumat, 17 Mei 2013
Si Dia
Si
dia yang malang, sikapnya bikin nyesek. Kudu ngelus dada mulu kalo liat tingkah
lakunya.
Gak jarang kata-katanya bikin perut
mules, kesel setengah mati sampe muka dan mata merah karena darah otak mendidih
dan ngalir sampe ke wajah. Ujung tanduk udah perlahan keluar di dua sudut
kepala.
Si dia yang malang emang gak tau malu.
Manusia dengan anugerah sifat egois yang luar biasa. Haram untuk minta maaf
kalo udah bikin salah sama orang. Gak ngerasa punya salah, muka polos ala salah
pasang gaya songong malah menghardik balik. Selalu ingin menang sendiri, gak
bisa sedikit aja dikritik anything dari
tindakan dan kata-katanya. Manusia aneh.
Si dia yang malang yang selalunya mau
diperlakukan ibarat putri keraton salah gaul. Maunya Dilayani setiap
keinginannya, didengarkan setiap kalimatnya, dipatuhi setiap perintahnya,
diberikan setiap kemauanya, dipuja-puji sepanjang hari, didukung segala
anggapannya, dielu-elukan, disanjung, dicintai dan disayangi. Selalu ingin
dimengerti dan dihargai tanpa mengerti dan menghargai orang lain. Mau terus
dilayani, tapi nyewa pembantu sama
babysitter mesti mikir seribu kali. Miris.
Si dia yang malang kadang berubah
menjadi monster. Hilang perasaan dan naluri sebagai manusia. Sering menusukkan jarum ke kulit orang lain
sebelum mencoba ke kulitnya sendiri. Selalu begitu, merasa dunia dalam
genggamannya. Oksigen kesombongan mulai mengalir besama darahnya.
Si dia yang malang tak jarang jadi
pengecut, bahkan pecundang. Ibarat prajurit, angkat senjata saja tak bisa.
Padahal pakaian perang telah siap dan lengkap di badan. Bersembunyi di balik
punggung prajurit lain saat musuh menyerang. Boro-boro melepas tembakan,
menatap senapannya saja seluruh tubuhnya sudah akral dingin.
Si dia yang malang lama-lama jadi
parasit manusia-manusia lainnya. Jiwa anak Sekolah Dasar yang terjebak dalam tubuh
manusia dewasa. Jangan berharap kuijinkan si dia yang malang untuk menginjak
zona nyaman ku, bahkan sejengkal. Terlalu suci zona nyamanku untk si dia yang
malang.
Rabu, 15 Mei 2013
EDELWEISS
Seperti
dihadapkan untuk memilih salah satu dari 3 tangkai edelweiss di depan mata.
Mereka sama, hanya dengan sejarah yang berbeda. Sulit, edelweiss adalah bunga
kesukaan ku. Tidak boleh semuanya ku miliki, karena hukum alam pengendali
permainan ini.
Edelweiss
1
Ku
petik dengan susah payah. Bukan perjalanan yang mudah dan singkat untuk
mencapai bukit tempat edelweiss yang satu ini tumbuh. Murni perjuangan ku
seorang diri. Sayang, ia kini agak layu. Terlalu lama ku simpan di tempat yang
tak bisa ia beradaptasi. Meski demikian, ia tetaplah edelweiss yang mempesona.
Layu bukanlah alasan untuk menghilangkan kekagumanku.
Edelweiss2
Masih,
ku petik dengan tangan ku sendiri. Di tempat yang tak sama dengan edelweiss
pertama. Awalnya ku hanya ingin menikmati semilir angin di bukit edelweiss.
Tidak terpikirkan sebelumnya bahkan untuk melirik edelweiss kedua. Jutaan
tangkai edelweiss yang bergoyang mengikuti melodi alam bahkan sama semua di
mata ku. Tak ada yang spesial. Hingga seseoang itu datang. Menuntunku untuk
memetik setangkai edelweiss. Entah kenapa ku hanya mengikuti keinginanya.
Edelweiss yang biasa sebelum ku petik dan kini begitu indah saat ia berada di
tangan ku. Dan seseorang itu pun menyodorkan edelweiss miliknya untukku,
kemudian menyatukannya, dan perlahan ia melangkah menjauh. Semakin jauh, dan
berhenti tepat di ujung jarak pandang ku. Namun ia kini tak beranjak, hanya
berdiri terpaku menatapku yang menggenggam edelweiss.
Edelweiss
3
Edelweiss
yang ketiga adalah hadiah pemberian seseorang yang lain. Entah dari mana ia
memetiknya. Edelweiss paling cantik diantara dua edelweiss sebelumnya.
Edelweiss yang mungkin tak akan pernah layu sebagai penghias semesta. Kini juga
edelweiss itu dalam genggaman ku.
Ya,
kini 3 edelweiss dalam genggamanku. Sederhana. Ku hanya perlu membuang dua
lainnya dan mem1liki secara utuh hanya satu edelweiss.
(Makassar,
16 Mei 2013 pkl. 1.00 Wita)
Minggu, 05 Mei 2013
kenangan
Aku
Berdiri
di tempat kenangan.
Mengulang
sejarah masa silam.
Terulur
dongeng penutup malam.
Untuk
rasa yang tak patut dipesankan.
Bersama
mozaik kisah hidup baru.
Dan
sajak purnama cerita terdahulu.
Bertanya
diri pada semesta, apakah hati masih merindu?
Langganan:
Postingan (Atom)