Bromo..bromo..bromo..
Luar
biasa. Amazing.. apa pun kata mu, mungkin saya terlalau berlebihan. Tapi ini
lah rasa yang sesungguhnya. Kekaguman yang teramat sangat pada lekuk alam yang
memanja pandangan. Subhanallah. Sempurna Allah menciptakan bumi.
Tak
akan pernah bosan ku buka file-file ku saat berpijak di pasir bromo. Apalagi
jika ditemani Ost. 5cm. Lantunan musik Ariel dkk mengiringi alunan suara Giring
menyempurnakan suasana zona nyaman ku.
Bromo
tengger semeru memang memanja. Oksigennya beda. Saat ku bernapas,
karbondioksida yang dihembuskan akan terlihat dalam wujud asap. Hahaha.. tak
perlu ke korea untuk bernapas seperti itu. Hembusan lebut angin tengah hari.
Hangat matahari siang seperti saat fajar. Kabutnya itu lho, entah dari mana,
tapi terlihat berasal dari perut bumi. Perlahan menembus pori-pori tanah di
tempat ku berpijak, menggelitik kaki ku, meresap dalam serat kain jaket ku
hingga menenggelamkan seluruh tubuh. Singkat. Keren banget.
Penduduk
tengger semeru semuanya ramah. Sangat terlihat jelas rona merah pipi pada
setiap wajah yang ku lihat. Bisa kau bayangkan betapa dinginnya di sana.
pakaian khas penduduk tengger semeru. Salah satu bagian ujung sarung yang
diikat di leher. Bak superman versi tradisional. Pemandangan manusia yang tak akan
kau temui di tempat lain. Hanya di sini. Bromo tengger semeru.
Rute
yang ekstrim untuk menggapai alam bak surga. Perjalanan yang paling mengagumkan
dan paling melelahkan. Bahkan jurang tidak menjadi menyeramkan, justru cantik.
Perkebunan terluas yang pernah ku lihat. Sempat ku berpikir, “tidak kah aku sedang bermimpi?”.
Yup.
Akhirnya tiba. Disambut pasir bromo. Pasir..pasirr,..pasir. ini lah samudra
pasir. Mereka juga berombak. Ku biarkan kaki ku menapak langsung pada pasir
bromo. Terasa jelas jutaan butir pasir menari menggelitik telapak kaki ku yang
tak beralas. Dan kubiarkan kaki ku melangkah dengan sendirinya. Tatapan ku
hanya satu tertuju. Gumpalan asap di puncak bromo. Kawah. Keren.
Langkah
ku terus mengayun menyisakan jejak berirama. Medan semakin terjal. Semakin
mendaki. Terlupakan entah berapa jutaan jejak yang sudah ku ciptakan. Sesekali
ku mengehela napas panjang. Lelah juga, tapi senyum ku tetap mengembang bersama
peluh. Rasa penasaran pun membakar semangat. Sesekali juga aku di sapa bapak-bapak
yang menunggangi kuda, atau ibu-ibu yang menjajakan makanan ringan. Asli, lelah
yang menjanjikan keindahan. Mungkin ini lah yang mereka bilang bermesraan
dengan alam. Luar biasa. Akhirnya tiba di anak tangga pertama untuk mencapai
puncak bromo, yup..pendakian tahap terakhir. 120 anak tangga terlewati dan
akhirnya ku menapaki puncak bromo. Sukses. Mata tak berkedip sedetik pun, mulut
hanya menganga dan melisankan sajak-sajak kekaguman pada sang Pencipta. Nafas
yang tersengal bahkan terabaikan. Ataupun nadi yang begitu cepat dan kaki yang
gemetar tak ku perdulikan lagi. Kawah bromo di depan mata. Pagar penyangga yang
mulai rapuh menciutkan nyaliku untuk untuk lebih mendekat mengelus kawah bromo
yang perawan. Bau khas belerang menusuk. Sejenak hembusan angin menerbangkan
asap kawah, membersihkan puncak bromo dari benda putih yang terus melayang tak
kenal waktu. Sekilas tampak jelas dasar kawah yang mengagumkan. Mempersembahkan
asap belerang yang terlahir dari perut planet biru ini. Kabut smakin menebal. Seperti samudra. Udara
semakin dingin. Sejenak ku menoleh bapak penjual bunga. Ada edelweiss. Bunga
yang cantik.
Puncak
bromo.
Indah.
Luar biasa. Keren. Kawah bromo yang fenomenal. Curam. Pasir bromo bisa dilihat
seutuhnya. Lebih luas dari yang terpikirkan. Pura yang ada di bawah kaki bromo
hanya sebesar kelingking. Bahkan semut lebih besar untuk manusia-manusia yang
berlalu lalang di bawah sana. hingga semuanya tak terlihat. Kabut semakin
menebal. Angin sepoi brkejaran semakin agresif. Pertanda alam ingin menyendiri.
Saat
nya pulang. Kembali melewati jalan yang penuh dengan ketakjuban. Berpamitan
dengan alam yang asri, hutan tropis yang hijau. Berteman kabut, dan di iringi
gerimis lembut dengan suhu yang semakin dingin. Pertemuan pertama ini akan
menciptakan rasa penasaran untuk pertemua ke dua.