Senin, 21 Januari 2013

Sang Malam (Con't)

Hari ini ku ingat sang malam. Dengan segala kegelapannya. Kau tahu? sang malam bergerimis. Gerimis kasar dan berbadai. Langit terlihat suram. Awan pun tak becahaya. Lebih-lebih teman kecil kita, si bintang, ia takut menampakkan diri. Katanya sang malam tak menginginkan kehadiranya. Hmm,, si pemalu itu masih saja sama. Oh ya, bulan juga sama. Ia pelit menampakkan purnamanya. Dimensi memang sedang ekstrim, bersama sang malam.
Miris. Sang malam kini selalu suram. Aku hanya bisa membelainya lewat jendela kamarku yang tak bertirai. Hitam. Gelap. Sang malam mengacuhkan ku. Embun yang singgah di jendela kamarku singkat berbisik.
Katanya, “hey, kau rindu malam mu?”
Tentu saja”. Jawabku.
Trus, apa yang akan kamt lakukan?”
Tak ada. Aku hanya akan menunggu malam ku. Ku biarkan ia sekarang bermain dengan kamu, gerimis, ataupun badai sekalipun. Malam ku tetap indah. Hanya perlu senyum si bintang kecil dan cahaya purnama untuk mendekorasi malamku. Ada waktunya. Tidak sekarang.”
Bodoh, sebeantar lagi pagi. Kau akan meninggalkan malam mu. Fatamorgana menanti mu”.
Ku hanya senyum kecil.
Pagi memang akan segera tiba. Aku akan menikmati hangatnya mentari dengan mata terpejam. Fatamorgana terlalu silau untuknya. Dan biarkan ku tatap langit biru dalam bayang. Bagiku kegelapan itu indah. Karena aku akan selalu bersama sang malam ku dalam gelap.”
Dan kau, wahai embun. Kaupun akan lenyap oleh pagi.”

Sang Malam (1)

Apa kabar sang malam? Masih tersisa gemerlap tahun baru mu? Gemuruh letusan malam itu jelas ku ingat. Hujan bunga api sepintas masih terbayang. Riuh. dunia berpihak paa mu. dunia bersama mu. Dunia menyambut januari bersamamu, sang malam. Aku terlupakan oleh mu, terabaikan. Aku hilang di Desember lalu. Kisah ku mati. Karena kau berpaling. Bagaimana caranya aku mengembalikan mu ke Desember kemarin? Ke Desember manis ku? Kau pergi bersama waktu. Januari tak pernah manis kepada ku. Januari tak pernah menyambut ku. Kaku ku tapaki Januari, karena mustahil ku abadi di Desember ku.
Apa kabar sang malam? Bagaimana Januari mu? Indah? Ku dengar dari bumi, ia tak kuasa membendung tangisan dari langit malam. Angin pun berbisik, ia hilang arah di dimensi Januari. Kau bahkan santai. Lihat, kau tak berbintang. Bulan pun muram dalam dekapanmu. Wahai sang malam, kau yakin berpihak pada Januari?
Berbaliklah, lihat Desember mu? Ia menangis melepasmu. Ia kalah oleh waktu. Waktu merebut sang malam di Desember ku. Desember tinggal kenangan. Desember menjadi cerita masa lalu. Desember adalah dongeng.