Rabu, 30 Oktober 2013

LIBURAN

LIBURANNNN..!!! (ngucapinnya ala Ramon Y. Tungka saat teriakin “JAKARTA” di teaser 100 hari keliling Indonesia Kompas TV).
Jangan hitung dari berapa lembaran rupiah yang mengalir dari kantong kalo ngomongin liburan. Karena bagi sebagian orang liburan itu identic dengn foya-foya. Emang sih, porsi liburan itu beda tiap orang. Kalo saya, simple aja. Cukup jalan-jalan aja dengan bajet yang pas-pas emang buat jalan aja. Souvenir? Nggak usah ribet. Tiket masuk tempat pariwisata, karcis parkir, bahkan bill makanan walaupun itu dari kaki lima bisa jadi. Toh buat kepuasaan pribadi. Buat pamer? Gampang. Tinggal upload foto-foto kerennya di jejaring social. Walaupun gak munafik, yang namanya liburan emang butuh biaya yang tidak sedikit. So, akalin aja. Liburan gak harus di waktu liburan panjang. Manfaatkan moment yang memberikan kita kesempaan “sambil nyelam minum air”. Nah, sudah dua kali saya punya kesempatan emas “sambil nyelam minum air” dengan waktu yang teramat singkat dan biaya yang pas-pasan aja.
Pertama, awal tahun 2013. Kampus libur lebih kurang satu bulan. Yang lain pada pulang kampung. Hmm, orang tua nyaranin pulang kampung aja. Pas hitung-hitungan, biaya pulang kampung lumayan nguras kantong ortu. Temen-temen SMA yang kuliah di luar daerah pun jarang yang pulang kampung, so putar otak buat dikemanain tuh uang. Yeyeyeye, ditawarin ke Malang. Alhamdulillah dapat tiket promo buat pulang pergi. Dua minggu lumayan buat keliling kota Malang, dan luar biasanya bahkan bisa berdiri di puncak bromo. Gak perlu biaya mahal, boncengan aja pake motor sewaan 30ribu. Lumayanlah 10 jam perjalanan pulang pergi. Taman wisata selecta, alun-alun kota Malang, Tugu kota Malang, alun-alun kota Batu, BNS, Jatim park dan berbagai taman kota Malang sumpah indah. Ini dia yang ngangenin dari kota Malang, udara yang sejuk, taman kota di mana-mana, kuliner yang menggoda selera, plus wisata belanja yang super murah tentu dengan kualitas jempol. Gak bosan deh ke Malang, buktinya kali kedua saya ke Malang lagi. Kali ini ada saudara wisuda. Kesempatan yang pas. Kampus emang sedang tidak libur, tapi status saya telah berubah jadi mahasiswa tingkat akhir. Gak ada mata kuliah yang mengikat. Lagi nyusun skripsi aja. Nah, sementara nunggu surat rekomndasi penelitian bertepatan dengan wisuda kakak. Gak pikir panjang, kepak barang dan langsung hunting tiket. Sayang, tiket promo habis. Tak apa, di sana nya bisa berhemat. Karena malang udah penah di jelajahi, gak ada salahnya main ke propinsi tetangaa. Jogjakarta. Kebetulan ada temen kuliah di Jogja. Ke Jogjanya naik kereta api aja, penasaran juga naik kereta api gimana rasanya. Ternyata santai aja dan ngerasa keren aja bisa  naik kereta api. Secara gitu kereta apai gak ada di Makassar. Gak mahal kok 60 ribu aja buat mahasiswa. Yang bikin excited naik kereta api dari stasiun Malang Kota baru itu, stasiunnya adalah tempat syuting film 5 cm. Tuhann, saya kayak ngeliat jejak kaki Fedi Nuril sama Herjunot Ali di pintu keluar stasiun. Hehehe. Berikutnya pas sampai di Jogjakarta, gak ada waktu tanpa jalan-jalan. Bajet yang keluar cukup buat karcis masuk tempat pariwisata, karcis parkir, makan ala kaki lima sama bensin motor pastinya. Dua ratus ribu selama 3 hari di Jogja cukup kok. Belum semua tempat memang telah dikunjungi di kota gudeg ini. Alun-alun kota Jogja dengan pohon beringin kembarnya yang fenomenal adalah destinasi utama saya. Yupp, malam hari kota Jogja serasa hidup dengan seutuhnya, tidak terkecuali alun-alun kota. Moment yang pas banget buat jalan di tengah pohon beringin kembar sambil nutup mata dan memikirkan someone (ngikutin legenda orang sini). Dan, kecewa. Langkah saya meleset. Gak bisa melewati kedua pohon beringin kembar itu. Tak apa.. jodoh di tangan tuhan kok. Heheheh. Berikut, yang tak kalah fenomenal di Jogja adalah tugu kota Jogja. Cukup berfoto-foto aja, soalnya kendaraan cukup ramai melintas. Akhirnya bisa juga ngeliat tugu kota Jogja yang jadi tempat syuting FTV. Dan, ada juga lokasi romantis, taman pelangi dan bukit bintang. Syukur pas mengunjungi tempat-tempat tersebut bukan pada malam minggu. Taman pelangi dengan bangunan museum kota di tengah-tengahnya terlihat indah di malam hari dengan kerlipan lampu hias hampit seantero taman. Saran saya kalau mau ke taman ini, temen jalan harus cowok atau keluarga besar. Ngerti aja lah J. Sementara bukit bintang itu kayak Kota Batu di Malang. Bukit bintang terleak di puncak kota. Dari situ terlihat jelas kemegahan Kota Jogjakarta dengan kembang lampu yang menambah kemewahan kota. So, kalau mau ke sana ya di malam hari. Kota Jogjakarta kan terkenal dengan budaya dan sejarahnya. Candi prambanan jangan sampai dilewatkan kalau ke Jogja. Puas keliling Jogja, ngelirik propinsi tetangga dulu. Jawa tengah. Siap meluncur ke Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Lupayan pegel lebih satu jam dari Jogja ke Magelang. Tak masalah, yang penting nyampe Borobudur. Gak percaya dan excited banget bisa menyentuh langsung salah satu keajaiban dunia yang satu ini. Luar biasa deh pokoknya. Apalagi pas ketemu wisatawan dari berbagai Negara, salah satunya ada oeni dari korea. Anyong oeni..!! heheheheh. Setelah puas kelilikng candi Borobudur dengan ratusan anak tangganya, waktunya pulang, tepar dan packing. 3 hari yang panjang waktu di Jogjakarta. Serasa sebulan. Beneran. Walaupun gak sempat makan angkringan dan naik buswaynya Jogja, melihat betapa indahnya jalanan kota Jogjakarta sudah lebih dari cukup. Sudah mengelilingi Universitas Gadjah Mada dan kampus keren lainnya juga sangat menyenangkan. Ini lah yang keren dari Jogja dan Malang. Kampus-kampusnya itu lho, cantik, keren, indah dan jempolan tentunya. Gak swasta gak negeri. Jadi pengen nyoba kuliah di sana J

Liburan berikutnya pengennya ke barat Jawa. Jakarta. Penasaran dengan kota metropolitan yang punya 10 juta penduduk ini. Dan semoga ada moment dan kesempatan yang mengantar saya ke sana. Bismillah aja J.

Kamis, 17 Oktober 2013

Mahasiswa Tingkat Akhir

Mahasiswa. Akan punya fase mereka berdiri pada tangga “kasta terrendah” dalam lingkungan almamater yang membesarkan nama mereka di mata orang-orang dan sanak keluarga di kampung halaman. Kasta terrendah, mungkin kata yang sangat kasar untuk di cap pada sosok mahasiswa. Lalu apa? Hanya itu yang terlintas di benak. Siapa mereka? Siapa mahasiswa yang sedang bergelut dengan zona kasta terrendah itu. Mahasiswa tingkat akhir. Begitulah mahasiswa. Untuk mendapatkan alamamater pujaan harus berkorban luar biasa saking susahnya. Dan tidak kalah susah untuk melepas almamater tersebut dan mengabadikan gelar sarjana di belakang namanya.
Mahasiswa tingkat akhir, kenapa disebut kasta terrendah yang menggeser posisi mahasiswa baru sebelumnya. Mereka adalah mahasiswa tergalau diantara mahasiswa-mahasiswa tingkat lainnya. Galau menentukan topic penelitian, galau cari judul yang sesuai roadmap jurusan, galau cari referensi proposal penelitian, galau bikin revisi, galau kalau pembimbing gak ngampus, bahkan sampai pengen bangun tenda depan ruang dosen atau patungan dana buat pasang cctv di ruang dosen. Itu baru tahap awal bimbingan proposal. Belum lagi harus satuin persepsi waktu empat dosen buat seminar proposal, bagus kalau tidak ada dosen yang keluar kota. Galau yang lain saat pembimbing atau pnguji harus keluar kota atau bahkan keluar negeri untuk lanjut studi. Bicara soal pembimbing dan penguji, rangking tiga jantung bedegup kencang setelah pengumuman UAN dan SNMPTN adalah pengumuman pembibing dan penguji. Soalnya setiap mahasiswa tidak ada yang sudi punya penguji yang killer dan perfectionist, kalau jadi pembimbing sih masih aman-aman saja.
Kasta terrendah. Jauh dari kata merdeka. Itulah mahasiswa tingkat akhir. Ngampus pagi buta cuman buat ketemu dosen pembimbing yang super sibuk hingga tak da waktu lain kecuali saat matahari baru terbit. Kadang ngampus dari pagi hingga jelang magrib buat nunggu pembimbing yang gak pasti ngampus atau tidak. Di sms? Udah. Di telpon? Gak diangkat. Trus? Ya harus nunggu, soalnya senior bilang beliau bisa marah kalau kita sudah sms buat ketemu tapi pas beliau ada kita gak ada di tempat. So? Dari pada kiamat dating lebih awal, mending yo nunggu, bisa-bisa skripsi gak diridhoi sama beliau. Yang bikin lebih nyesek kalau dosen pembimbing batalin janji beberapa kali.
Dan akhirnya seminar proposal juga. Dumba-dumba galeter katanya anak Makassar, deg-degan kalo anak Jakarta bilang. Kostum hitam putih plus almamater siap. Sipp. Snack juga siap. Dosen penguji tiba-tiba batalin? Dosen pembimbing telat. Sumpah nyesek. Seminar di undur dong. Tuhan ini sih kiamat kecil namanya. Tapi mahasiswa tingkat akhir yang baik itu senantiasa bersabar. Oke, yang suskes maju dengan dengan pembimbing dan penguji on time pun akhirnya presentasi. 10 menit pertama presentasi, lancer. Lanjut masukan dan kritikan ataupun pertanyaan dari pembimbing dan penguji. Keringat dingin bercucuran. Harap-harap cemas moga judul gak diganti, variable penelitian gak di tambahin, semuanya oke deh dengan saran referensi aja dikit. Tapi, apa yang terjadi kalo pembibing sendiri yang serang. Tuhan… antara percaya gak percaya. Harusnya punya dua malaikat, raib. Sekali lagi mahasiswa tingkat akhir selalu terbiasa untuk bersabar. Dan selalu banyak alasan mahasiswa tingkat akhir untuk bersabar.

**to be continue**